Kondisi Psikologis Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasional Dan Cara Mengatasinya

KONDISI PSIKOLOGIS SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL


Oleh,
Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons

Pada tanggal 16–19 April 2012 akan dilaksanakan Ujian Nasional (UN)  untuk tingkat SMA/MA, SMALB, SMK, tanggal 22-26 April 2012 untuk SMP/MTs, dan SMPLB, dan tanggal 7-9 Mei 2012  untuk SD/MI,dan SDLB.  Untuk mempersiapkan menghadapi UN tersebut, siswa selain  mempelajari materi pelajaran yang diujikan juga perlu mempersiapkan diri dari segi psikologis supaya dapat mengikuti UN dengan optimal.

Di sekolah siswa seharusnya sudah terbiasa dengan penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik (guru) dan sekolah. Hal ini karena diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 63 ayat (1) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
a.  Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b.  Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;dan
c.  Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester,ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik; bahan penyusunan laporan hasil belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani,olahraga,dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dalam bentuk Ujian Nasional bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.Ujian nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan,dan akuntabel. Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk: (a) pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; (b) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; (c) penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan; dan pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Ujian Nasional merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan seperti diamanatkan  Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 72 ayat (1) Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:

menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulai, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani,olah raga,dan kesehatan;
lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
lulus Ujian Nasional.
Banyak siswa yang cerdas, pintar dalam berbagai mata pelajaran  sukses dalam ujian nasional. Begitu pula siswa yang  cerdas dan pintar dalam mata pelajaran merasa pisimis, mencari  bocoran soal, membeli kunci jawaban, menerima kunci dari sms yang kurang pas. Sebagian siswa lagi tidak tahu, dan pasrah  dalam kondisi tertekan, menurun daya ingatan, tidak terstruktur dan kusut ingatan pada meteri ujian, bayang-bayang  pikiran menghantui kegagalan ujian, pikiran kacau, berkecamuk rasa malu dan takut  tidak dapat menjawab soal  ujian  yang benar. Kondisi psikologis siswa seperti ini penting untuk mendapatkan pelayanan agar dapat sukses dalam Ujian Nasional.
Kondisi psikologis siswa bermacam-macam dalam menghadapi Ujian Nasional, hal ini disebabkan adanya dinamika psikis yang berbeda-beda dalam diri siswa. Siswa yang dinamika psikisnya baik tidak mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi ujian nasional. Sebaliknya siswa yang dinamika psikisnya tidak baik akan mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi Ujian Nasional.
Dinamika psikis adalah energi kejiwaan yang menggerakkan, yang penuh dinamika , yang akan membawa  dan menuju sukses dalam menghadapi Ujian Nasional. Energi adalah kemampuan untuk bertindak. Energi merupakan ketetapan hati yang tidak tampak yang dimiliki oleh setiap orang untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan hati mereka.Dalam diri siswa terdapat dua macam energi yaitu energi fisik dan energi psikis. Energi psikis jauh lebih penting dari energi fisik,karena dari alam bawah sadar yang dapat menimba banyak daya dan kekuatan disaat dibutuhkan. Formula untuk menghimpun yang dinamis,yaitu: (a) menentukan tujuan. Tiada sesuatu pun yang dengan sendirinya menjadi dinamis sebelum ditetapkan tujuan dengan jelas. (b) menjaga diri agar senantiasa dalam kondisi prima. (c) mengatur makanan yang bergizi, jangan melupakan vitamin. (d) mencari kesempatan agar dapat memberikan pelayanan kepada orang lain. Carilah emas yang tidak dapat lapuk. (e) ungkapkan rasa hormat dan penghargaan serta kebaikan kepada orang lain. (f) memperbaharui kekuatan dirinya setiap kali memperoleh keberhasilan.
Ditinjau dari segi energi, siswa yang kondisi psikologisnya mengalami kecemasan atau ketakutan, siswa tersebut sedang mengalami kehidupan keredupan energi psikis dirinya, ibarat lampu yang kehilangan pancaran sinarnya, padahal sinar itu mengandung makna bagi dirinya sendiri dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, konselor melalui layanan konseling menfokuskan untuk mengaktifkan dan membangun energi psikis yang ada pada diri siswa untuk sebesar-besarnya kemanfaatan bagi diri sendiri dan lingkungannya terkait dengan kesuksesan ujian nasional yang jujur dan akuntabel.
Siswa yang sedang mengalami kecemasan atau ketakutan adalah siswa yang sedang bermasalah dan sedang berada dalam keadaan tertekan, tidak berdaya. Dalam keadaan seperti ini siswa mudah terjajah oleh kekuatan-kekuatan yang merasuk ke dalam dirinya yang dapat semakin melemahkan dan menimbulkan berbagai kerusakan dirinya dan kegagalam dalam menghadapi ujian nasional. Siswa yang bermasalah adalah siswa terjajah. Potensi dan energi dirinya tidak berkembang atau tidak bersinar. Rasa aman siswa terganggu, kompetensi tidak bisa berfungsi, aspirasi terkungkung, semangat belajar layu, dan kesempatan yang terbuka baginya untuk sukses akan terbuang.
Konseling yang dilakukan oleh konselor akan membantu mengembangkan kekuatan pada diri siswa untuk mampu mendobrak dan keluar dari lingkaran setan serta memerdekaan dirinya dari rasa cemas dan takut menghadapi ujian nasional.Siswa harus mampu memproklamirkan kemerdekaan dirinya dari penjajahan kekuatan destruktif yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan. Dengan demikian konseling mendorong terjadinya pembebasan yang memungkinkan siswa mengaktifkan potensi dan energi psikis yang ada dalam dirinya.
Setelah proklamasi terjadi,maka konseling membawa siswa ke arah pembangunan diri bagi kemandiriannya dengan memanfaatkan sebesar-besarnya potensi dan energi psikis, baik yang ada pada diri siswa maupun di luar. Konseling merupakan proses sinergik untuk mengoptimalkan energi psikis pada diri siswa dalam rangka pengembangan dan pengatasan kecemasan dan ketakutan dalam menghadapi ujian nasional. Energi psikis yang baik pada diri siswa akan menimbulkan dinamika psikis baik sehingga tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian nasional.
Siswa yang dinamika psikisnya baik, tidak mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi Ujian Nasional, dimungkinkan karena :

sudah menguasai materi pembelajaran yang akan di Uji Nasional-kan;
penuh percaya diri, penuh rasa kemenangan, dan keberhasilan, serta siap menghadapi kenyataan;
sugesti diri yang positif akan keberhasilan dalam menghadapi Ujian Nasional;
memiliki kesiapan mental dan phisik dalam menghadapi Ujian Nasional;
menganggap bahwa ujian adalah merupakan hal yang biasa dan harus dilalui dalam proses pembelajaran;
menganggap bahwa lulus atau gagal adalah merupakan yang wajar dalam menghadapi Ujian Nasional;
ingin membuktikan kemampuan yang dimiliki apa sudah bisa mencapai standar kompetensi lulusan secara nasional yang ditetapkan dalam Ujian Nasional.
Sedangkan siswa yang dinamika psikisnya tidak baik  akan mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi Ujian Nasional,dimungkinkan karena:

tidak  menguasai materi pembelajaran yang akan di Uji Nasional-kan;
tidak percaya diri,dan tidak siap dan biasa menghadapi kenyataan;
tidak memiliki kesiapan mental dan phisik dalam menghadapi Ujian Nasional;
menganggap bahwa ujian (Ujian Nasional) adalah merupakan hal yang menakutkan;
menganggap Ujian Nasional harus lulus dan jika tidak lulus adalah tabu karena disekolah setiap  ujian pasti lulus;
pembelajaran disekolah dianggap belum mencukupi untuk membekali dirinya dalam menghadapi Ujian Nasional;
proses pembelajaran di sekolah tidak menerapkan sistem evaluasi/ujian yang  obyektif, berkeadilan,dan akuntabel;
hasil Ujian Nasional akan menentukan kelulusan pada akhir masa studi.

GEJALA PERILAKU KECEMASAN

Gejala perilaku siswa yang mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi ujian nasional, antara lain gejala phisik, gejala psikis, dan gejala sosial. Gejala phisik meliputi peningkatan detak jantung, perubahan pernafasan(nadi dan pernafasan meningkat), keluar keringa, gemetar, kepala pusing, mual, lemah, ngeri, sering buan air besar dan kencing, nafsu makan menurun, tekanan darah ujung jari terasa dingin, dan lelah. Gejala psikis meliputi perasaan akan adanya bahaya, kurang percaya diri, kurang tenaga/tidak berdaya, khawatir, rendah diri, tegang, tidak bisa konsentrasi, kesempitan jiwa, ketakutan , kegelisahan, berkeluh kesah, kepanikan, tidur tidak nyenyak, berdosa, terancam, dan  kebingungan/linglung. Gejala sosial meliputi mencari bocoran soal, mencari kunci jawaban, menyontek, menyalahkan soalnya sulit, dan menyalahkan gurunya belum pernah mengajarkan materi yang diujikan.
Kecemasan merupakan  kondisi psikologis dan bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia pernah mengalami kondisi psikologis ini. Kecemasan sering muncul pada orang yang dianggap normal, meskipun kecemasan merupakan simtom semua psikopathologi terutama neurotik.  Kecemasan dan ketakutan biasa merasuki manusia, baik secara individual maupun komunal, sejak mereka memiliki kesadaran, kecuali orang yang dikasihi Allah dan diberi nikmat keimanan.
Kondisi psikologis dalam bentuk kecemasan akan terus meningkat seiring dengan pesatnya kemajuan peradaban material serta jauhnya manusia dari pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran Allah swt. Masalah  kecemasan atau ketakutan merupakan suatu titik temu, yang menghubungkan semua jenis pertanyaan penting, suatu teka teki dimana solusi memberikan kejelasan terhadap keseluruhan kehidupan mental siswa. Kecemasan merupakan buah kesulitan yang dibayar di muka, sebelum kesulitan itu sendiri terjadi. Kecemasan pada dasarnya bersifat merusak dan menghancurkan. Cara mengusir kecemasan adalah dengan menghalaunya dari pikiran dan menggantinya dengan pikiran spiritual yang positif.
Kecemasan atau ketakutan dapat berkembang dalam intensitas yang begitu besar dan sebagai konsekuensinya dapat menjadi penyebab bagi tindakan pencegahan yang berlebihan.Kecemasan yang disebabkan oleh neurosis kecemasan akibat gelisah (nervous anxiety) dalam menghadapi ujian nasional akan merugikan  diri siswa untuk berkonsentrasi dalam belajar. Kata ”gelisah” dan ”cemas” digunakan saling menggantikan, seolah-olah mereka mempunyai arti yang sama. Hal ini tidak dapat dibenarkan.Bagaimanapun juga ada orang-orang yang sering cemas namun tidak gelisah dan selain itu ada orang-orang yang terserang neurotik dengan sejumlah gejala-gejala yang tidak menunjukkan kecenderungan untuk takut.
Kecemasan atau ketakutan yang dialami oleh siswa dalam menghadapi ujian nasional menurut teori Freud dinamakan adalah sebagai kecemasan obyektif (objective anxiety).Ketakutan riil bagi kita terlihat sebagi suatu hal yang sangat rasional dan alami. Hal ini kita sebut sebagai reaksi terhadap persepsi bahaya eksternal, yaitu Ujian Nasional yang dianggap sebagai sesuai yang menakutkan. Kemunculan kecemasan akan sangat tergantung pada seberapa besar pengetahuan dan penguasaan materi Ujian Nasional dikuasai oleh seorang siswa. Pada kesempatan yang lain, pengetahuan sendirilah yang mengakibatkan kecemasan, karena ia memperlihatkan adanya bahya dengan lebih cepat. Jadi siswa akan terlihat ketakutan melihat dirinya tidak siap menghadapi ujian nasional yang akan menjadi salah satu penentu kelulusan siswa dari sekolah.
Pada hakikatnya penguasaan pengetahuan yang telah disiapkan atau dimiliki yang mengakibatkan kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi Ujian Nasional, karena ia memperlihatkan adanya bahaya jika tidak lulus. Kecemasan atau ketakutan obyektif bersifat rasional dan bermanfaat, karena dengan ini ini akan diketahui sebab dan cara mengatasinya. Di hadapan bahaya yang akan datang, satu-satunya tindakan pertama yang ada dalam pikiran siswa adalah menimbang kemampuan yang akan dikeluarkan dibanding dengan tingkat bahaya yang ada, dan kemudian lari atau bertahan,atau mungkin bahkan untuk menyerang. Hal ini sungguh merupakan prospek akan suatu hasil yang menggembirakan.
Perasaan takut sungguh tidak punya tempat dalam Ujian Nasional, sebab Ujian Nasional pada akhirnya harus dilakukan juga karena program pemerintah dan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan akan lebih baik jika rasa takut tidak dimunculkan. Jika rasa kecemasan atau ketakutan begitu besar pada diri siswa dalam menghadapi Ujian Nasional, maka akan melumpuhkan setiap usaha, bahkan usaha untuk lari dari kenyataan. Suatu reaksi terhadap  bahaya (misalnya UN dianggap sebagai bahaya) merupakan kombinasi dari dua hal, yaitu  rasa takut dan tindakan bertahan (defensif). Siswa yang ketakutan merasa takut dan akan melarikan diri, namun unsur yang dominan adalah ”melarikan diri” dan bukan ”perasaan takut”.
Kecemasan atau ketakutan akan memberi masukan pada siswa yang lebih baik. Perlunya kesiapan terhadap Ujian Nasional (bahaya) yang memperlihatkan dirinya dalam persepsi  yang menakutkan atau mencemaskan. Kesiapan ini sungguh sangat menguntungkan, jika tidak ada kesiapan akan mendatangkan akibat yang buruk. Kesiapan terhadap rasa cemas atau takut  terhadap Ujian Nasional sebagai unsur yang menguntungkan, dan perkembangan kecemasan merupakan unsur yang menguntungkan dalam apa yang disebut kecemasan atau rasa takut.
Kecemasan berhubungan dengan kondisi dan mengabaikan obyek, sedangkan ketakutan perhatian diberikan kepada obyek, yaitu berkaitan secara khusus dengan keadaan yang menyebabkan bahaya ketika bahaya muncul tanpa adanya kesiapan terhadap rasa takut menghadapi ujian nasional. Jadi dapat dikatakan bahwa kecemasan merupakan perlindungan terhadap ketakutan menghadapi ujian nasional.

SEPULUH JURUS KESIAPAN  MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

Jurus I : Penguasaan Materi Pembelajaran

Untuk menguasai materi pembelajaran siswa hendaknya sudah menguasai semua materi yang diajarkan oleh guru sesuai dengan standar kompetensi lulusan dalam kurikulum yang berlaku. Siwsa juga sudah menguasai semua materi yang diajarkan oleh guru pada mata pelajaran yang diujikan secara nasional. Siswa mesti menggunakan waktu secara efektif dan efisien untuk belajar mata pelajaran yang akan diujikan secara nasional.Yang lebih penting lagi siswa harus disiplin terhadap waktu belajar yang telah direncanakan.
Guru mempunyai peran  penting dalam membantu siswa menguasai mata pelajaran. Peran yang harus dilakukan guru antara lain: (1) mengajar dengan baik dan menuntaskan materi pembelajaran; (2) membangun proses pembelajaran yang efektif dan efisien; (3) menyelenggarakan program pengajaran perbaikan bagi siswa yang belum menguasai kompetensi; (4) melnyelenggarakan program pengayaan; (5) melakukan penilaian hasil belajar secara berkesinambungan untuk memanhtau proses,kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas secara obyektif, transparan, dan akuntabel
Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah mempunyai peran dalam membantu siswa menghadapi ujian nasional melalui layanan konseling. Peran yang harus dilakukan oleh konselor antara lain : (1) memotivasi siswa dalam belajar ; (2) memberikan kiat cara belajar yang efektif dan efisien; (3) menanamkan rasa percaya diri akan keberhasilan menghadapi ujian nasional;(4) mensugesti optimistic siswa akan keberhasilan menghadapi ujian nasional; (5) menghilangkan rasa cemas dan takut menghadapi ujian nasional; (6) menanamkan disiplin dalam belajar; (7) keterampilan belajar; (8) menghilangkan pesimistis siswa dalam menghadapi ujian nasional; dan sebagainya..

Jurus II : Meningkatkan Rasa Percaya  Diri

Kepercayaan diri pribadi adalah suatu yang ingin dimiliki lebih banyak oleh sebagian besar orang, tetapi itu hanyalah masalah membangkitkannya. Bagaimana kita bisa lebih percaya diri? Psikolog dan ahli terapi setuju bila saja pil kepercayaan diri ditemukan, dunia akan menjadi tempat yang jauh lebih menyenangkan dan mereka segera akan kehilangan pekerjaan. Namun,pil kepercayaan diri masih belum diproduksi. Lalu kemana kita harus berpaling menopang kepercayaan diri kita? Pada dasarnya,kita harus berpaling ke dalam diri kita untuk menopang dan mengembangkan bidang dasar yang memerlukan perhatian. Pada dasarnya, kepercayaan diri adalah kombinasi pikiran dan perasaan yang berarti, saya senang kepada diri sendiri dan berpikir bahwa saya orang yang berguna. Di sekolah, siswa yang percaya diri umumnya merasa positif dan kompeten serta menggunakan dua kualitas ini untuk melakukan kegiatan belajar dengan baik, pada waktunya dan barangkali dengan bersemangat. Menjadi percaya diri mungkin kelihatannya sulit sekali, terutama untuk orang yang pesimistis, tetapi sikap yang dipegang mengenai diri sendiri bisa diperbaiki.
Kunci sukses menghadapi  ujian nasional  adalah membangun rasa percaya diiri akan keberhasilan dengan cara menghilangkan rasa cemas. Rasa cemas merupakan musuh nomor satu dalam menghadapi ujian nasional yang harus segera dihilangkan. Kunci sukses menghadapi ujian nasional adalah memerangi rasa takut dengan keyakinan dan menghadapi kenyataan. Kita akan menjadi percaya diri, penuh rasa kemenangan, dan keberhasilan. Oleh sebab itu janganlah kuatir tentang apa yang akan dihadapi dalam ujian nasional, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginannya kepada Allah dalam doa dan permohonan agar sukses dalam menghadapi ujian nasional dan dengan ucapan syukur. Siswa di dalam belajar harus  meningkatkan rasa percaya diri akan keberhasilan,yang ditunjukkan dengan sikap dan perilaku    sebagai berikut.

Mengetahui apa yang anda hasilkan dari belajar
Memahami apa yang anda lakukan untuk dapat sukses dalam Ujian Nasional
Memahami kegiatan anda dalam belajar untuk mencapai sukses belajar.
Menghindari semua perbuatan yang berlebihan sehingga mengabaikan kegiatan belajar.
Memahami semua seni perilaku belajar yang wajar dengan ketat dan penuh kesadaran.
Membuktikan kemampuan anda dengan fakta yang dapat menjelaskan berbagai sudut pandang yang berbeda melalui berbagai jenis ujian.
Berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan tugas belajar.
Merencanakan tujuan dan memelihara komitmen dalam pencapaian tujuan belajar.
Rasa percaya diri akan keberhasilan membantu menciptakan perasaan tenang dan menghilangkan kecemasan dan ketakutan.
Keyakinan akan kemampuan diri sendiri menghilangkan kecemasan dan ketakutan.
Rasa percaya diri akan keberhasilan menjadi kunci sukses dalam menghadapi UN.
Rasa percaya diri akan tercapai, jika mampu menguasai keraguan yang merayapi dirinya akan keberhasilan dalam menghadapi ujian nasional. Keraguan merupakan pengganggu yang membuat kita kehilangan kesempatan memperoleh hal-hal yang baik karena kita ragu-ragu mencoba untuk meraihnya.
Mensugesti diri dengan menyatakan optimistik akan keberhasilan keinginan dan maksudnya dengan nada yang meyakinkan tanpa menunjukkan keraguan dalam menghadapi Ujian Nasional. Misalnya : Saya pasti lulus!  Saya pasti befrhasil !  Saya pasti nilainya tinggi!
Jurus III : Meningkatkan Konsentrasi Belajar

Membina kekuatan konsentrasi hamper sama dengan mengembangkan dan menguatkan otot tubuh. Namun, siswa akan mampu meningkatkan konsentrasi tanpa mengeluarkan keringat. Ini lebih merupakan masalah latihan yang dingin, tenang dan sungguh-sungguh. Proses dasar dalam mengembangkan kekuatan konsentrasi adalah dengan melakukan tugas mental yang lebih sulit secara bertahap. Tugas ini harus memerlukan periode konsentrasi yang lebih keras dan lebih lama. Sementara menjalankannya, berilah diri sendiri hadiah untuk peningkatan pada rentang konsentrasi.
Untuk meningkatkan konsentrasi belajar dalam menghadapi Ujian Nasional, siswa dituntut mampu   menunjukkan  perilaku sebagai berikut.

Menyiapkan daftar tugas konsentrasi yang biasa dihadapi dalam kegiatan belajar dan dalam menghadapi Ujian Nasional.
Mengikuti rangkaian kegiatan secara perlahan sehingga dapat menyerap setiap langkah secara mental.
Mengulangi mengucapkan setiap langkah keras-keras untuk membantu menanamkan informasi tersebut ke dalam ingatan.
Mengajukan pertanyaan untuk menjelaskan setiap yang dipelajari atau keraguan.
Pada akhir rangkaian kegiatan, mencoba mengulangi seluruh petunjuk.Perbaiki kesalahan.
Sewaktu menjalankan petunjuk, ulangi langkah-langkah tersebut sementara anda berjalan untuk lebih menanamkannya di dalam ingatan anda, dan ingatan yang kuat diperlukan.
Jurus IV : Mengembangkan Disiplin Diri Dalam Belajar

Disiplin diri sangat penting untuk berhasil dalam belajar menghadapi ujian nasional. Disiplin diri memungkinkan siswa memperoleh kepuasan dan mendapatkan pujian yang sepantasnya dan mungkin menaikan prestasi belajar. Selain kemajuan belajar, disiplin diri dapat juga meningkatkan kehidupan pribadi  lebih sehat dan berkembang. Pada hakikatnya, disiplin diri merupakan atribusi penting yang dapat memajukan banyak aspek kehidupan siswa. Di sekolah, disiplin diri berarti siswa maju dengan pesat, belajar dengan lebih efektif dan hasil bisa diandalkan. Menjadi disiplin diri adalah tujuan yang ingin dicapai oleh sebagian besar siswa. Namun disiplin diri kerap merupakan suatu kualitas yang sukar dicapai. Mengapa? Karena,siswa mungkin harus belajar sejumlah perilaku yang baru dan sulit, seperti mengalahkan kebiasaan menunda. Untuk lebih disiplin diri siswa harus belajar cara untuk menjadi kurang perfeksionis atau belajar cara mengatasi ketakutan yang besar akan kegagalan. Ini merupakan kegiatan belajar yang menuntut kerja keras.
Banyak cara yang dapat dilakukan siswa untuk mengembangkan disiplin dalam belajar,    diantaranya adalah sebagai berikut.

Menetapkan tujuan belajar.
Memulai belajar.
Mendefinisikan belajar.
Mengatur belajar dengan membuat perencanaan yang baik.
Membuat batas waktu belajar yang realistik.
Menetapkan ganjaran untuk hasil belajar yang dicapai.
Menghindari penundaan untuk belajar.
Menulis rencana belajar harian setiap hari dan usahakan memulai dengan belajar yang benar-benar penting.
Menaklukan ketakutan akan kegagalan dalam belajar
Berusaha untuk tidak terlalu perfeksionis
Terus belajar meskipun mendapat kritik yang tidak adil
Jurus V : Hidup Teratur Agar Berhasil Dalam Menghadapi Ujian Nasional

Keberhasilan dalam semua bidang kehidupan,termasuk kehidupan dalam belajar, siswa harus bisa hidup teratur. Berhasil dalam belajar dan juga dalam ujian nasional pada dasarnya adalah masalah hidup teratur. Teratur dalam menjalani kegiatan belajar untuk mencapai cita-cita sukses belajar dan sukses dalam ujian nasional. Mulai sekarang siswa tentunya harus menjalani hidup yang teratur,khususnya dalam kegiatan belajar, apalagi dalam waktu dekat akan menghadapi ujian nasional yang merupakan salah satu syarat untuk dapat lulus dari sekolah/madrasah. Menjadi hidup teratur adalah suatu keterampilan yang akan membuat siswa lebih efektif dan efisien dalam belajar dan lebih puas dalam menjalani kehidupan.
Hidup teratur dapat ditempuh dengan melakukan hal-hal sebagai berikut.

Membuat dan menggunakan rencana harian untuk membuat daftar tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam belajar dan menghadapi UN.
Belajar menurut rencana harian setiap hari.
Mengerjakan tugas-tugas belajar dengan baik dan penuh semangat.
Memberi hadiah kepada diri sendiri untuk setiap pekerjaan yang telah diselesaikan
Menilai keterampilan belajar dan kerja anda.
Jurus VI : Mengelola Waktu Belajar Secara Efektif dan Efisien

Menguasai waktu merupakan salah satu aspek paling penting untuk belajar efektif dan efisien. Siswa harus mengelola tugas-tugas belajar di sekolah dan di rumah, menangani tanggungjawab sebagai pelajar dan juga mengatur waktu santai yang memadai. Siswa harus mengusahakan agar waktu menjangkau semua fungsi dalam hidup, sehingga tujuan hidup dan tujuan belajar dapat diwujudkan. Menyesal sekali, waktu tidak dapat dihasilkan, ditambah, dihentikan, ataupun dibalikkan. Jarum jam terus berputar dengan keteraturan tanpa belas kasihan. Pertanyaan utamanya adalah, bagaimana siswa membuat agar waktulah yang bekerja untuk siswa?
Agar siswa dapat mengelola waktu belajar secara efektif dan efisien, maka ia perlu melakukan  beberapa cara seperti berikut.

Belajar menurut rencana harian.
Mencari cara yang memungkinkan anda bisa menggunakan secara produktif waktu yang semula tidak terpakai.
Mulailah melakukan kegiatan belajar yang efektif.
Latihan menempatkan diri anda pada posisi guru yang mengajar dan lihatlah diri anda dari perspektif mereka.
Berbicaralah dengan teman yang lebih pandai dalam belajar dan cobalah strategi yang mereka gunakan untuk meningkatkan produktivitas dalam belajar.
Perbaharui keterampilan belajar anda.
Bersikap antusias terhadap belajar
Belajar dengan sungguh-sungguh
Belajarlah sesuai dengan rencana kegiatan belajar.
Bersikaplah inovatif dalam belajar.
Jurus VII : Meningkatkan Produktivitas Belajar dalam menghadapi Ujian Nasional

Menjadi produktif adalah terpenting dalam hampir semua kegiatan belajar. Produktivitas berarti siswa mengerjakan apa yang diharapkan,dan menyelesaikan pekerjaan dalam belajar. Produktivitas merupakan salah satu unsur utama dalam kepuasan belajar. Dengan belajar keras dan mencapai tujuan yang siswa tetapkan, siswa merasa lebih puas pada penghujung akhir belajar, yaitu lulus dengan hasil yang baik dan memuaskan.

Belajar menurut rencana harian.
Mencari cara yang memungkinkan anda bisa menggunakan secara produktif waktu yang semula tidak terpakai.
Mulailah melakukan kegiatan belajar yang efektif.
Latihan menempatkan diri anda pada posisi guru yang mengajar dan lihatlah diri anda dari perspektif mereka.
Berbicaralah dengan teman yang lebih pandai dalam belajar dan cobalah strategi yang mereka gunakan untuk meningkatkan produktivitas dalam belajar.
Perbaharui keterampilan belajar anda.
Bersikap antusias terhadap belajar.
Belajar dengan sungguh-sungguh.
Belajarlah sesuai dengan rencana kegiatan belajar.
Bersikaplah inovatif dalam belajar.

Jurus VIII : Ketekunan Dalam Belajar

Ketekunan belajar akan menghasilkan kekuatan yang menumbuhkan hasil dalam belajar. Tentuknan pondasi atau landasan, tanamkan pilar yang kuat, kerjakanlah jam demi jam, hari demi hari, dan majulah inci dedmi inci. Dedngan tetap tabah dan tekun akan mencapai keberhasilan. Ketekunan dalam belajar dapat diciptakan dengan melakukan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut.

Kunci sukses dalam belajar adalah bertahan dan ketekunan,karena dengan demikian akan meningkatkan kekuatan dan kemampuan.
Kunci sukses dalam belajar adalah tabah,tekun sebab akan memperkuat dan memperjelas suatu cita-cita yang dinamis.
Kunci sukses dalam belajar adalah berani menanggung apapun untuk senantiasa bertekun dan tabah.
Ketekunan dan ketabahan akan membawa kedaimaian dalm hidup.
Daya tahan merupakan kekuatan yang menumbuhkan hasil yang gemilang.
Upaya yang keras bermula dari ketekunan dan kerajinan.
Ketekunan menguatakan yang lemah, dan memberikan peluang menuju peningkatan dalam mancapai tujuan belajar.
Orang yang tekun akan memperkuat dirinya untuk mencapai suatu tujuan yang berharga (sukses belajar) dan tidak akan dikuasai oleh kecemasan dan frustasi
Orang yang telah mengalami kegagalan sesungguhnya telah memperoleh banyak pengalaman dan pelajaran yang amat baik dan berharga dalam kehidupan.


Jurus IX : Motivasi Diri untuk Berhasil  Ujian Nasional

Kunci sukses adalah keyakinan dan motivasi diri untuk berhasil dalam ujian nasional.  Seseorang akan berhasil bila ia memotivasi dirinya untuk sukses. Siswa yang baik secara emosional akan jauh lebih mampu memotivasi dirinya dibandingkan dengan siswa yang dipenuhi keraguan, kecemasan dan emosi yang belum dewasa.  Untuk menumbuhkan motivasi diri untuk berhasil dalam Ujian Nasional, siswa harus  memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.

Siswa yang mempunyai motivasi diri yang baik adalah siswa yang mempunyai cita-cita, dinamis dan tekun mencurahkan diri dan kemampuannya untuk mencapai cita-cita dalam belajar.
Mengembangkan dan membuat rencana yang mempunyai jangkauan ke depan sehingga dengan demikian akan mempunyai motivasi untuk mencapainya.
Menumbuhkan kegairahan belajar yang dinamis.
Mencurahkan seluruh jiwa raganya pada belajar itu akan keluar sebagai pemenang,yaitu sukses dalam menghadapi ujian nasional.
Menghidupkan keinginan yang kuat untuk mencapai cita-cita sukses dalam ujian nasional.
Tetap menatap suatu cita-cita untuk mencapai sukses dfalam ujian nasional.
Mengembangkan dan menumbuhkan suasana persaingan yang sehat dan rasa bangga akan dirinya sendiri.
Rendahnya motivasi belajar terlihat adanya siswa yang gagal belajar, drop-out.
Siswa akan berhasil dalam belajar jika ia memotivasi dirinya untuk berhasil.
Bila siswa percaya dan yakin bahwa upaya belajarnya membawa manfaat , ini berarti mempunyai motivasi yang tepat.
Keyakinanlah dan bukan keuntungan yang memotivasi diri.
Siswa harus dimotivasi oleh keyakinan diri mereka untuk berhasil dalam belajar dan mencapai cita-cita.
Motivasi muncul jika siswa memiliki rencana yang dinamis dan nyata tentang apa yang hendak dicapainya (misal lulus Ujian Nasional ).
Oleh karena itu kunci sukses dalam Ujian Nasional adalah mengembangkan dan membuat rencana jangkauan ke depan,yaitu lulus Ujian Nasional dengan jujur sehingga akan memotivasi diri sendiri.
Kunci sukses dalam Ujian Nasional adalah kegairahan belajar yang dinamis. Kegairahan belajar akan dapat memotivasi diri untuk berhasil dalam Ujian Nasional.
Siswa yang mencurahkan seluruh jiwa raganya pada belajar akan keluar sebagai pemenang sebagai siswa yang sukses dalam Ujian Nasional.
Motivasi yang tepat akan membuahkan hasil yang memuaskan dan menggembirakan,yaitu lulus Ujian Nasional dan lulus dari sekolah.
Motivasi akan tumbuh dalam dirinya jika siswa mempercayai orang lain; mampu untuk menilai diri sendiri, mampu memperoleh rasa aman, serta mampu untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri.
Jurus X : Bersikap Positif Terhadap Ujian Nasional

Sikap positif terhadap ujian nasional sangat diperlukan bagi siswa dalam menghadapi ujian nasional, sehingga siswa akan dapat bertindak sesuai dengan obyek sikap atau bersedia untuk bereaksi positif terhadap obyek sikap yaitu ujian nasional. Kunci sukses dalam menghadapi ujian nasional adalah bersikap yang tepat, yaitu bersikap positif. Sikap siswa menentukan sukses yang akan dicapai. Buah sukses, keasyikan dan kesenangan dalam mengukir keberhasilan, damai,meningkatkan keinginan dan semangat berkompetisi dan lain-lain tidak akan bisa capai bila pandangan tentang keinginannya, tentang hasil dan keberhasilan siswa kurang tepat. Sepatutnya ada kepuasan batin karena apa yang siswa lakukan tepat dan benar. Sikap positif menentukan tindakan yang akan dilakukan yaitu giat belajar, semangat tinggi, percaya diri untuk berhasil menghadapi ujian nasional.
Sikap positif memiliki peranan yang  sangat penting dalam menghadapi Ujian Nasional. Untuk menumbuhkan sikap positif, siswa hendaknya  memiliki pandangan sebagai berikut.

Ujian Nasional adalah penting untuk mengukur pencapaian standar kompetensi lulusan secara nasional.
Ujian Nasional adalah Penilaian eksternal, dilakukan oleh lembaga mandiri untuk menilai pencapaian hasil pembelajaran dengan menggunakan standar tertentu, untuk memperoleh pengakuan dan pertanggungjawaban secara lebih luas.
Ujian Nasional adalah suatu upaya assessment of learning, yang dilakukan oleh evaluator eksternal guna pengendalian mutu secara nasional dan sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Ujian Nasional penting untuk digunakan sebagai alat pertanggungjawaban sekolah dan pengambil kebijakan pendidikan kepada orang tua dan masyarakat.
Bagi peserta didik yang belum mencapai standar kompetensi yang ditetapkan sedbagai kriteria kelulusan, maka harus termotivasi untuk belajar lebih giat, bukan malah berbuat curang dan putus asa.
Ujian Nasional berfungsi sebagai upaya untuk menilai tentang materi yang telah dikuasai peserta didik setelah belajar di sekolah.
Ujian Nasional harus dihadapi secara wajar seperti halnya menghadapi ujian sekolah/madrasah,dan ujian yang dilakukan oleh guru di sekolah.
Ujian Nasional sebagai quality control yang artinya setiap lulusan mendapat jaminan sudah mencapai standar nasional;
Ujian Nasional sebagai bekal bagi lulusan menurut standar yang telah ditetapkan;
Ujian Nasional alat untuk memotivasi semangat belajar mengajar peserta didik dan guru agar bekerja lebih serius; dan
Ujian Nasional sebagai alat untuk menyeimbangkan antara pressure dan support.
Dengan Ujian Nasional,maka keberhasilan guru mengajar maupun murid belajar dapat dinilai oleh pihak ketiga yang lebih obyektif dan hasilnya dapat dibandingkan dengan guru dan murid di tempat lain, atau dibandingkan dengan prestasinya sendiri di masa lampau.
Peserta didik yang tidak lulus karena belum optimal belajar, harus berupaya lebih giat lagi agar dapat lulus pada kesempatan berikutnya.
Sekolah/madrasah,dinas pendidikan dan kemenag tingkat kabupaten/kota,dinas pendidikan dan kanwil kemenag tingkat provinsi, dan tingkat kementerian pendidikan, dan kemneterian agama harus melakukan evaluasi dan analisis,
kemudian ditindaklanjuti dalam bentuk pembinaan dan pemberian bantuan kepada sekolah/madrasah dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang menjadi tanggungjawabnya.
Upaya perbaikan bagi peserta didik yang belum lulus harus dilakukan melalui:
kegiatan konseling  oleh konselor, dan
kegiatan pengajaran perbaikan oleh guru mata pelajaran sesuai dengan tingkat dan karakteristik masalah dan kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik.
Semoga dengan tulisan ini akan dapat membantu siswa dalam menghadapi ujian nasional dengan sukses,jujur,dan akuntabel. Banyak orang ingin meraih sukses, tetapi tidak semua mencapaunya, seakan-akan sukses tersebut adalah sesuatu yang jinak-jinak memrpati, pandai berkelit, atau licin bagaikan belut. Oleh karena itu jika siswa ingin sukses dalam menghadapi ujian nasional, harus banyak upaya yang dipilih dan dilakukan dengan cermat, buat rencana yang matang, hilangkan rasa cemas dan takut menghadapi ujian nasional, kuasi materi pembelajaran, meningkatkan rasa percaya diri terhadap keberhasilan, meningkatkan konsentrasi belajar, mengembangkan disiplin, hidup teratur, mengelola waktu belajar secara efektif dan efisien,, meningkatkan produktivitas belajar, tekun dalam belajar,, tingkatkan motivasi diri untuk berhasil, dan bersikap positif terhadap ujian nasional.
Selamat menghadapi ujian nasional dan semoga sukses,jujur,dan akuntabel.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kondisi Psikologis Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasional Dan Cara Mengatasinya"

Post a Comment